![]() |
| Profil Helmud Hontong, Wakil Bupati Sangihe yang Gigih Menolak Tambang Emas |
Suaratebo.net - Kabar duka datang dari Sulawesi Utara. Wakil Bupati Kepulauan Sangihe, Helmud Hontong, dilaporkan meninggal dunia dalam penerbangan rute Bali-Manado via Makassar pada Rabu lalu. Melansir informasi dari akun Instagram @fakta.berita, wafatnya tokoh publik ini diduga memicu perbincangan hangat di tengah masyarakat, terutama terkait dedikasinya dalam menjaga kelestarian lingkungan di Kabupaten Sangihe.
Vokal Menolak Eksploitasi PT Tambang Mas Sangihe
Diduga Sosok Helmud Hontong dikenal luas sebagai pejabat yang berani pasang badan menolak rencana eksploitasi tambang emas oleh PT Tambang Mas Sangihe (TMS). Penolakan tegas ini didasari oleh kekhawatiran mendalam terhadap masa depan ekosistem pulau kecil tersebut. Berdasarkan data yang dihimpun, wilayah konsesi tambang yang diberikan oleh Kementerian ESDM mencapai angka fantastis, yakni 42.000 hektare.
Luas lahan tersebut setara dengan 56,9 persen dari total luas wilayah Kabupaten Sangihe. Helmud menilai bahwa aktivitas pertambangan dalam skala masif tersebut berpotensi merusak ruang hidup masyarakat, mengancam kedaulatan pangan, dan merusak keanekaragaman hayati yang menjadi identitas daerah.
Surat Protes Resmi ke Kementerian ESDM
Sebagai bentuk keberatan nyata, Helmud Hontong secara pribadi mengirimkan surat protes kepada Kementerian ESDM pada 28 April lalu. Langkah ini diambil sebagai upaya diplomasi resmi untuk meminta pemerintah pusat meninjau kembali izin konsesi yang telah dikeluarkan. Baginya, keselamatan warga dan kelestarian lingkungan Sangihe adalah prioritas utama yang tidak bisa dikompromikan dengan nilai ekonomi pertambangan.
Kronologi Kejadian di Pesawat Lion Air JT-740
Kepergian Helmud terjadi secara mendadak saat ia berada di pesawat Lion Air JT-740 dalam perjalanan pulang menuju Manado. Meski penyebab kematian resminya menjadi sorotan, publik tidak bisa melupakan rekam jejak kritisnya terhadap industri ekstraktif. Wafatnya sang Wakil Bupati meninggalkan duka mendalam sekaligus menyisakan pertanyaan besar mengenai kelanjutan perjuangan warga Sangihe dalam mempertahankan tanah mereka dari aktivitas tambang.
