Scroll untuk melanjutkan membaca

Bencana Hidrometeorologi Sumatera: Korban Melampaui 860 Jiwa, Akses Udara Jadi Kunci Wilayah Terisolir

Bencana Hidrometeorologi Sumatera: Korban Melampaui 860 Jiwa, Akses Udara Jadi Kunci Wilayah Terisolir

Suaratebo.net - Krisis kemanusiaan meluas di Sumatera pascabencana hidrometeorologi (banjir bandang dan tanah longsor) yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Berdasarkan data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Jumat, 5 Desember 2025, total korban meninggal dunia di tiga provinsi tersebut telah melampaui 860 jiwa, sementara lebih dari 500 warga masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian.

Korban Jiwa Terus Bertambah, Sumbar Paling Rentan Hilang

Upaya pencarian dan penyelamatan (SAR) gabungan oleh Basarnas, TNI, Polri, dan relawan terus menghadapi medan yang sulit. Peningkatan jumlah korban jiwa ini menunjukkan skala bencana yang luar biasa.

Aceh

Korban meninggal >340

Korban hilang 170 – 174

Sumatera Utara (Sumut)

Korban meninggal >310

Korban hilang >130

Sumatera Barat (Sumbar)

Korban meninggal >210

Korban meninggal >214

TOTAL (Per 5 Des 2025)

Korban meninggal >860

Korban hilang >500

Aceh Utara, Tapanuli Tengah, dan Padang Pariaman menjadi titik fokus utama evakuasi. Secara proporsional, Sumatera Barat (Sumbar) mencatatkan persentase korban hilang tertinggi, mencapai lebih dari 214 orang di wilayah seperti Padang Pariaman dan Pesisir Selatan, menandakan tantangan besar bagi tim SAR di wilayah tersebut.

Puluhan Desa Terisolir, Distribusi Bantuan Lewat Udara dan Teknologi Satelit

Kendala utama penanganan darurat adalah terputusnya akses darat. Puluhan desa di Aceh Tamiang, Tapanuli Utara (Sumut), dan pedalaman Sumbar masih sepenuhnya terisolasi akibat jembatan ambruk dan jalan utama tertimbun longsor, menyebabkan logistik di beberapa titik menipis.

Menanggapi kondisi ini, Pemerintah dan BNPB mengoptimalkan jalur udara. Helikopter BNPB dan TNI AD dikerahkan secara masif untuk melakukan Operasi Droping Logistik Darurat, mengirimkan sembako, obat-obatan, dan BBM ke wilayah-wilayah yang terputus.

"Distribusi via udara menjadi opsi vital saat ini. Prioritas kami adalah warga terisolir yang sudah lebih dari 72 jam belum menerima bantuan," ujar Kepala Pusat Data BNPB, Bapak Abdul Muhari, dalam keterangan persnya.

Selain logistik, dukungan komunikasi juga menjadi fokus. Untuk mengatasi putusnya jaringan telekomunikasi, perangkat komunikasi berbasis satelit, termasuk Starlink, telah dipasang di posko-posko darurat di Aceh dan Sumut untuk mendukung koordinasi tim di lapangan.

Sementara itu, Kementerian PUPR bersama TNI/Polri terus berupaya keras membuka kembali akses jalan utama di Tapanuli Utara dan ruas jalan lain yang terputus agar distribusi bantuan tahap selanjutnya dapat berjalan lancar melalui jalur darat.(Hs)

Baca Juga
Berita Terbaru
  • Bencana Hidrometeorologi Sumatera: Korban Melampaui 860 Jiwa, Akses Udara Jadi Kunci Wilayah Terisolir
  • Bencana Hidrometeorologi Sumatera: Korban Melampaui 860 Jiwa, Akses Udara Jadi Kunci Wilayah Terisolir
  • Bencana Hidrometeorologi Sumatera: Korban Melampaui 860 Jiwa, Akses Udara Jadi Kunci Wilayah Terisolir
  • Bencana Hidrometeorologi Sumatera: Korban Melampaui 860 Jiwa, Akses Udara Jadi Kunci Wilayah Terisolir
  • Bencana Hidrometeorologi Sumatera: Korban Melampaui 860 Jiwa, Akses Udara Jadi Kunci Wilayah Terisolir
  • Bencana Hidrometeorologi Sumatera: Korban Melampaui 860 Jiwa, Akses Udara Jadi Kunci Wilayah Terisolir