![]() |
Kisah Menteri Pendengki dan Orang Saleh |
Suaratebo.net - Dahulu kala, hiduplah seorang Raja yang memiliki seorang Menteri yang sangat cerdik namun hatinya dipenuhi dengan sifat hasad (iri dengki).
Menteri ini sangat membenci seorang Orang Saleh yang sering datang menemui Raja untuk memberikan nasihat-nasihat baik. Orang Saleh ini dihormati oleh Raja karena ketulusan dan kebaikan hatinya, sehingga membuat sang Menteri merasa cemas dan iri, khawatir posisinya akan tergeser.
Persekongkolan Si Pendengki
Suatu hari, si Menteri yang hasad ini menghadap Raja dan mulai menyebar fitnah.
"Ampun Baginda Raja," kata Menteri. "Hamba melihat gelagat yang tidak baik dari Orang Saleh itu. Ia sering membicarakan aib Baginda di belakang."
Raja terkejut. "Aib apa yang ia bicarakan?"
"Ia mengatakan mulut Baginda sangat bau busuk," jawab Menteri dengan mimik meyakinkan. "Jika Baginda tidak percaya, panggillah dia menghadap. Lihatlah, pasti dia akan menutup mulut atau hidungnya karena tidak tahan mencium bau mulut Baginda."
Raja yang polos dan belum pernah memikirkan hal itu menjadi terpengaruh. Ia bertekad untuk membuktikan perkataan menterinya.
Ujian Sang Raja
Tak lama kemudian, Raja memanggil Orang Saleh itu. Sebelum menghadap, Orang Saleh itu kebetulan baru saja memakan bawang putih. Karena tidak ingin mengganggu Raja dengan bau yang tidak sedap dari mulutnya, ia pun menutup mulutnya dengan lengan bajunya saat berbicara dengan Raja.
Melihat gerakan tersebut, Raja langsung teringat akan perkataan menterinya. Tanpa bertanya atau mengonfirmasi, Raja yakin bahwa perkataan si Menteri adalah benar. Raja merasa marah dan sakit hati, tetapi tidak menunjukkan emosinya.
Rencana Hukuman
Raja kemudian menulis sebuah surat perintah kepada bawahannya yang sedang berada di suatu daerah. Isi surat itu adalah: "Begitu pembawa surat ini tiba di tempatmu, tanpa menunda-nunda, penggallah kepalanya sebagai hukuman atas kesalahannya terhadap Raja."
Raja menyerahkan surat itu kepada Orang Saleh dan memerintahkannya untuk mengantarkan surat tersebut segera kepada bawahannya.
Kehancuran Akibat Iri Hati
Orang Saleh pun berangkat membawa surat perintah itu. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan si Menteri yang sedang menunggu di gerbang istana.
"Surat apa yang kau bawa itu?" tanya Menteri.
Orang Saleh menjawab, "Ini adalah surat perintah dari Raja yang harus kuserahkan kepada salah seorang pejabat di sana."
Si Menteri yang serakah dan iri hati langsung berpikir bahwa surat itu pasti berisi hadiah atau kenaikan jabatan untuk Orang Saleh. Karena sifat hasadnya, ia ingin mengambil kenikmatan itu.
"Wahai Saudaraku, berikanlah surat itu kepadaku! Aku yang akan mengantarnya, dan aku akan memberimu imbalan untuk itu," pinta Menteri.
Orang Saleh yang tulus dan tidak tahu isi surat itu merasa senang karena tugasnya menjadi ringan. Ia pun menyerahkan surat berbahaya itu kepada Menteri dan menerima imbalan.
Menteri yang penuh rasa bangga dan serakah segera pergi mengantarkan surat tersebut ke tempat yang dituju. Begitu surat itu diserahkan dan dibaca oleh pejabat Raja, seketika itu juga perintah Raja dilaksanakan, dan kepala si Menteri Pendengki itu pun dipenggal.
Pelajaran dari Kisah
Beberapa waktu kemudian, Orang Saleh itu kembali ke istana untuk menemui Raja. Alangkah terkejutnya Raja melihat Orang Saleh itu masih hidup!
"Apa yang terjadi dengan surat itu?" tanya Raja heran.
Orang Saleh menceritakan bahwa di tengah perjalanan ia bertemu dengan si Menteri yang menawarkan diri untuk mengantarkan surat itu sebagai gantinya, dan ia telah menerima imbalan.
Raja menjadi sangat terkejut dan menyadari bahwa semua ini adalah akibat dari fitnah si Menteri. Raja lantas menceritakan isi surat itu dan tuduhan yang telah dilontarkan oleh si Menteri tentang bau mulut Raja.
Orang Saleh menjelaskan bahwa ia menutup mulutnya bukan karena bau mulut Raja, melainkan karena ia baru saja makan bawang putih dan tidak ingin Raja mencium bau tak sedap.
Raja menyadari kesalahannya karena termakan hasutan, dan juga memahami hukum sebab-akibat. Sifat iri hati (hasad) yang ada di dalam hati Menteri telah menjerumuskannya sendiri pada kehancuran.
Pesan Moral
Kisah ini mengajarkan bahwa hasad atau iri hati adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Ia tidak hanya merusak hubungan dengan orang lain, tetapi juga dapat menghancurkan diri sendiri, bahkan membinasakan semua amal kebaikan. Sesuai dengan sabda Rasulullah.
"Jauhilah hasad (iri hati), karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud)