Larangan Bagi Orang yang Berqurban
![]() |
Seseorang sedang memotong kuku/ foto : Ai |
Suaratebo.net - Bagi orang yang berniat berqurban dan sedang melaksanakan ibadah haji atau umrah, ada beberapa larangan yang perlu diingat selama masa ihram. Berikut adalah beberapa hal yang dilarang:
- Termasuk rambut kepala, jenggot, dan bulu lainnya. Berdasarkan hadis dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang memiliki rambut, maka biarkanlah rambut itu sampai ia menyelesaikan hajinya." (HR. Muslim)
- Termasuk kuku tangan dan kuku kaki. Berdasarkan hadis dari Ummu Salamah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang memiliki rambut, maka janganlah ia mencukur rambutnya sampai ia menyelesaikan hajinya." (HR. Abu Dawud)
- Termasuk bulu ketiak dan bulu kemaluan. Berdasarkan hadis yang sama, larangan mencukur bulu termasuk dalam kategori larangan memotong rambut.
- Jika sedang melaksanakan ibadah haji atau umrah. Berdasarkan Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 197, Allah SWT berfirman: "Haji itu pada bulan-bulan yang telah ditentukan. Maka barangsiapa yang telah mewajibkan dirinya untuk melaksanakan haji pada bulan-bulan itu, maka tidak boleh ada rafats (perbuatan keji), kefasiqan, dan pertengkaran di antara mereka dalam (menjalankan) haji."
Larangan-larangan ini berlaku selama masa ihram, yaitu dari tanggal 1 Zulhijjah hingga selesai ibadah haji atau umrah. Tujuan dari larangan-larangan ini adalah untuk menunjukkan kesucian dan kekhusyukan dalam beribadah.
Namun, perlu diingat bahwa larangan-larangan ini hanya berlaku bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji atau umrah, bukan bagi orang yang hanya berqurban secara umum. Bagi orang yang berqurban tanpa sedang melaksanakan ibadah haji atau umrah, tidak ada larangan-larangan tersebut. Mereka dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa harus menahan diri dari hal-hal tersebut.
Dalam prakteknya, orang yang berqurban dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa harus menahan diri dari hal-hal tersebut, kecuali jika mereka sedang melaksanakan ibadah haji atau umrah. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks dan tujuan larangan-larangan tersebut untuk dapat melaksanakan ibadah dengan baik dan benar.